Catatanku bersma Ibu Serepina Tiur Maida, S. Sos., M.Pd., M.I.Kom Menjelang UAS
Arsha Dwi Sulistio / 183124350070015 / Fakultas Ilmu Komunikasi / Universitas Mpu Tantular
Definisi Stres
Menurut
McGrath dalam Weinberg dan Gould (2003 : 81), stress didefinisikan sebagai “a substantial imbalance between demand
(physical and/or psychological) and response capability, under conditions where
failure to meet that demand has importance consequences”. Artinya, stres
akan muncul pada individu bila ada ketidakseimbangan atau kegagalan individu
dalam memenuhi kebutuhannya baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Belum
tentu semua individu yang mengalami ketidakseimbangan antara harapan dan
kenyataan tersebut akan menjadikannya stres. Suatu stimulus yang sama akan
direspons secara berlainan oleh individu yang berbeda. Artinya, tidak semua
stimulus akan direspons menjadi stres oleh semua individu. Hal itu dikarenakan
adanya perbedaan setiap individu dalam mensikapi setiap situasi, kemampuan
meredam stimulus, dan pengalaman hidupnya. Selain itu, tingkat kepekaan
(sensitivitas) dan daya toleransi individu terhadap stimulus yang dapat
menimbulkan stres juga ikut berpengaruh. Pada dasarnya setiap individu memiliki
ambang rangsang terhadap stres yang berbeda-beda dalam setiap situasi. Suatu
stimulus pada saat tertentu akan menimbulkan stres, tetapi pada situasi yang berbeda
tidak menimbulkan stres.
Selain itu secara
garis besar ada empat pandangan mengenai stres, yaitu : stres merupakan
stimulus, stres merupakan respon, stres merupakan interaksi antara individu
dengan lingkungan, dan stres sebagai hubungan antara individu dengan stressor.
a)
Stres Sebagai Stimulus
Menurut
konsepsi ini stres merupakan stimulus yang ada dalam lingkungan (environment).
Individu mengalami stres bila dirinya menjadi bagian dari lingkungan tersebut.
Dalam konsep ini stres merupakan variable bebas sedangkan individu merupakan
variabel terikat. Secara visual konsepsi ini dapat digambarkan sebagai berikut
Stress sebagai stimulus dapat dicontohkan: lingkungan sekitar yang penuh persaingan, misalnya di terminal dan stasiun kereta api menjelang lebaran. Mereka yang ada di lingkungan tersebut, baik itu calon penumpang, awak bus atau kereta api, para petugas, sulit untuk menghindar dari situasi yang menegangkan (stressor) tersebut. Hal serupa juga dapat diamati pada lingkungan di mana terjadi bencana alam atau musibah lainnya, misalnya banjir, gunung meletus, ledakan bom di tengah keramaian dan sebagainya.
b)
Stres Sebagai Respon
Konsepsi kedua mengenai stres
menyatakan bahwa stres merupakan respon atau reaksi individu terhadap stressor.
Dalam konteks ini stres merupakan variable tergantung (dependen variable)
sedangkan stressor merupakan variable bebas atau independent variable. Berdasarkan pandangan dari Sutherland dan
Cooper, Bart Smet menyajikan konsepsi stres sebagai respon sebagai berikut
Respon
individu terhadap stressor memiliki dua komponen, yaitu: komponen psikologis,
misalnya terkejut, cemas, malu, panik, nerveus, dst. dan komponen fisiologis,
misalnya denyut nadi menjadi lebih cepat, perut mual, mulut kering, banyak
keluar keringat. Respon - respons psikologis dan
fisiologis terhadap stressor disebut strain atau ketegangan.
c) Stres
Sebagai Interaksi Antara Individu Dengan Lingkungan
Menurut pandangan ketiga, stress
sebagai suatu proses yang meliputi stressor dan strain dengan menambahkan
dimensi hubungan antara individu dengan lingkungan. Interaksi antara manusia
dan lingkungan yang saling mempengaruhi disebut sebagai hubungan transaksional.
Dalam konteks stres sebagai interaksi antara individu dengan lingkungan, stres
tidak dipandang sebagai stimulus maupun sebagai respon saja, tetapi juga suatu
proses di mana individu juga merupakan pengantara (agent) yang aktif, yang dapat mempengaruhi stressor melalui
strategi perilaku kognitif dan emosional
Stres bukan hanya dapat terjadi
karena faktor-faktor yang ada di lingkungan. Bahwa stressor juga bisa berupa
faktor-faktor yang ada dalam diri individu, misalnya penyakit jasmani yang
dideritanya, konflik internal, dst. Oleh sebab itu lebih tepat bila stres
dipandang sebagai hubungan antara individu dengan stressor, baik stressor
internal maupun eksternal. Menurut Maramis, stress dapat terjadi karena
frustrasi, konflik, tekanan, dan krisis.
Faktor Yang Mempengaruhi Stres
Sesuatu
yang merupakan akibat pasti memiliki penyebab atau yang disebut stressor,
begitupula dengan stress, seseorang bisa terkena stres karena menemui banyak
masalah dalam kehidupannya. Seperti yang telah diungkapkan di atas, stres
dipicu oleh stressor. Tentunya stressor tersebut berasal dari berbagai sumber. Beberapa ahli medis dan psikologi memberikan
pernyataan penelitiannya berkaitan dengan penyebab stres, antara lain :
1. Faktor Biologis
Salah
satu sudut pandang biologis adalah somatic
weakness model. Model ini memiliki asumsi bahwa hubungan antara stres dan
gangguan psikofisiologis terkait dengan lemahnya organ tubuh individu. Faktor
biologis seperti misalnya genetik ataupun penyakit yang sebelumnya pernah
diderita membuat suatu organ tertentu menjadi lebih lemah daripada organ
lainnya, hingga akhirnya rentan dan mudah mengalami kerusakan ketika individu
tersebut dalam kondisi tertekan dan tidak fit .
Selain
itu faktor genetik fisik, seperti riwayat hidup, pola tidur, pola makan,
kelelahan, penyakit yang sedang diderita dan bentuk postur tubuh. Orang yang
mengalami insomnia, cenderung mengalami stress, mengingat jam istirahat yang
minim berakibat mempengaruhi siklus kehidupan dan siklus hormon tubuh, Maka
dokter seringkali memberikan rekomendasi bagi yang mengalami insomnia adalah
diberikan obat tidur, dengan tujuan memiliki jam istirahat yang cukup.
2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis seperti negative
thinking, sikap permusuhan, iri hati, dendam, frustrasi, kegagalan, kekecewaan,
dan sejenisnya dapat menjadi stresor psikologis pada sebagian individu. stressor psikologis dapat juga meliputi faktor
persepsi, perasaan dan emosi, situasi, pengalaman hidup, keputusan hidup dan
perilaku.
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan bermasyarakat
sebagai bagian dari makhluk sosial akan menjadi pemicu stress. Lingkungan fisik
akan berdampak positif dan negatif bagi individu. Lingkungan masyarakat dengan
pola kehidupan kasar (konsumsi alkohol, kata kotor, kata kasar, perkelahian,
pencurian) akan memberikan dampak negatif bagi lingkungannya. Lingkungan sosial
yang berdampak bisa dirasakan dari pertemanan lingkungan tempat tinggal,
sekolah, rekan kerja dan kesamaan hobi.
Usaha-usaha Mengatasi Stres
Untuk mengurangi
stress yang munculdalam diri setiap individu, yang pertama dan utama adalah
mengetahui penyebab timbulnya stres. Dengan mengetahui penyebabnya, akan
mempermudah dalam menentukan cara mengurangi stres yang muncul pada diri
individu.
1. Asupan makanan dipercaya mampu
memperkecil tingkat stres. Gizi yang sehat akan menghasilkan tubuh yang sehat dan tentunya memiliki otak
yang sehat pula.
2. Olahraga. Olahraga diyakini
secara efektif memberikan rangsangan rileks dan mempengaruhi kadar endorphin untuk menghilangkan rasa sakit
sehingga menimbulkan rasa senang.
3. Banyak berinteraksi dengan orang lain. Pada masa saat ini menjadikan manusia untuk lebih sering menghabiskan waktu dengan gadgetnya, maka untuk menghindari stres disarankan untuk banyak berinteraksi sosial karena manusia adalah makhluk sosial, namun tetap penggunaan gadget harus dengan bijak dan waktu yang cukup, terlalu sering menggunakan gadget juga dapat menimbulkan penyakit dan stres.
4. Berdamai dengan diri sendiri dan lingkungan. Karena diri kita sendirilah pemegang control maka kita sendirilah yang memutuskan untuk terlibat dalam lingkungan yang positif atau masuk dalam lingkungan yang negatif.
5. Tawa dan sukacita. Seperti memilih tontonan yang lucu dan komedi, pilihlah percakapan yang berkualitas dengan teman-teman, menghabiskan waktu dengan orang-orang tersayang seperti keluarga dan kekasih.
6. Refreshing. Refreshing bisa dilakukan dengan berbagai macam cara disesuaikan dengan tipe individu, resfreshing bisa dengan berpergian ke tempat-tempat wisata yang indah, mendengarkan musik relaksasi dan lain-lain.
7. Melakukan kegiatan hobi. Hobi diperuntukkan untuk dapat mengalihkan sejenak dari permasalahan yang menyebabkan stres, dengan hobi kita dapat dialihkan ke arah yang positif dan menyenangkan.
8. Kegiatan keagamaan. Dengan beribadah dapat memberikan kesejukan hati,meneduhkan pikiran dan solusi dari masalah-masalah yang ada yang menyebabkan stres.
Berikut juga cara mengatasi stres dan mencapai jiwa yang sehat yang dipublikasikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Reski. 2020. Faktor Stres & Cara Mengatasi.
Jakarta : Pustaka Taman Ilmu.
Diakses melalui aplikasi iPusnas Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Budi, Hengki Irawan Setia.
2020. Manajemen Konflik Mengelola Marah
& Stres Secara Bijak.
Yogyakarta : Deepublish. Diakses melalui aplikasi iPusnas Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Musradinur. 2016. Stres dan Cara
Mengatasinya Dalam Perspektif Psikologi.
2(2). 187 – 192. Diakses pada tanggal
30 Juli 2021 pukul 18. 44 melalui PDF.
Sukadiyanto. 2010. Stress Dan Cara
Menguranginya. 56-63. Diakses
pada tanggal 30 Juli 2021 pukul
20.07 melalui https://media.neliti.com/media/publications/82176-none-436d0808.pdf