Oleh
ARSHA D. SULISTIO
Pandemi COVID-19 membuat
seluruh aspek kehidupan manusia terpaksa melakukan penyesuaian-penyesuaian
untuk tetap ‘hidup’, tak terkecuali dengan dunia pendidikan khususnya
pendidikan tinggi yang mencoba mengatasi situasi sulit ini dengan metode kuliah
jarak jauh dengan teknologi internet atau e-learning. Hampir semua perguruan
tinggi, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta menerapkan metode yang sama.
Memanfaatkan
teknologi internet sebagai solusi tidak melulu berjalan dengan lancar. Dominasi
internet pada dunia pendidikan menghadirkan masalah baru. Dapat disimpulkan
bahwa maraknya virus corona telah menyebabkan terjadinya sebuah perubahan
sosial di masyarakat khususnya bagi dunia pendidikan, di mana salah satunya
dipicu oleh perkembangan teknologi komunikasi. Masyarakat, dari tidak bisa dan
tidak biasa terpaksa menjadi bisa dan biasa, hingga akhirnya menjadi bagian
dari budaya baru itu sendiri.
Perkembangan teknologi yang hadir di tengah masyarakat modern saat ini, tampaknya telah diprediksi jauh hari oleh seorang filsuf Marshall McLuhan pada tahun 1962, lewat Teori Determinisme Teknologi, melalui tulisannya The Guttenberg Galaxy: The Making of Typographic Man (Surahman, 2016). Dasar teori ini adalah perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi, akan membentuk keberadaan manusia itu sendiri. Dengan kata lain, teknologi membentuk cara berpikir, berperilaku dan bergerak dari satu abad teknologi ke abad teknologi selanjutnya dalam kehidupan manusia. Perkembangan teknologi komunikasi itulah yang sebenarnya telah mengubah kebudayaan manusia. Jika Karl Marx berasumsi bahwa sejarah ditentukan oleh kekuatan produksi, maka menurut McLuhan, eksistensi manusia ditentukan oleh perubahan mode komunikasi.
Bertolak dari teori tersebut, komunikasi digital yang kini telah menjadi bagian dari masyarakat modern, telah berhasil membuat perubahan terhadap kehidupan masyarakat itu sendiri. Terlebih bagi pengenjawantahan nilai-nilai Tri Dharma Perguruan tinggi. Komunikasi digital membuat masyarakat memiliki ketergantungan terhadap gawai atau telepon pintar. Contoh nyata, saat Anda bangun di pagi hari, ponsel adalah barang pertama yang dicari meski hanya sekedar untuk membaca pesan yang diterima atau update status di media sosial.
Kehadiran internet membawa virus hiperealitas dengan gejala pengaburan realitas sehingga seringkali citra lebih dipercaya ketimbang fakta. Hal ini oleh Jean Baudrillard disebut sebagai simulakra. Secara sederhana, simulakra adalah penampakan sesuatu yang tak sebagaimana adanya.
Kelas online dan simulakra ini juga yang memberikan tantangan bagi seluruh civitas akademika untuk mempertanyakan kembali apakah pengamalan Tri Dharma dalam situasi sekarang adalah hal yang nyata atau hanya citra.
Pendidikan dan Pengajaran
Undang – undang tentang pendidikan tinggi menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kegamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dari pengertian diatas, kelas online yang seolah menghilangkan jarak diantara dosen dan mahasiswa justru mempertebal dinding kemungkinan proses pengajaran dan pembelajaran menjadi tidak efektif.
Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan juga sangatlah penting bagi kemajuan perguruan tinggi, kesejahteraan masyarakat serta kemajuan bangsa dan negara. Dari penelitian dan pengembangan maka mahasiswa mampu mengembangkan ilmu dan teknologi. Pada penelitian dan pengembangan mahasiswa harus lebih cerdas, kritis dan kreatif dalam menjalankan perannya sebagai agent of change.
Internet yang seolah memperluas daya jelajah mahasiswa untuk melakukan penelitian dan pengembangan dari proses pendidikan justru menyuntikkan virus kemalasan kepada mahasiswa. Dengan kelas yang hadir dalam smartphone, mahasiswa akan lebih tertarik untuk melihat video streaming, belanja online, atau sekadar membalas chat dari sang kekasih.
Pengabdian Masyarakat
Menurut undang – undang tentang pendidikan tinggi, pengabdian kepada masyarakat adalah kegiatan sivitas akademika yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Paradoks dengan pengertian tersebut, internet justru membentuk mahasiswa menjadi semakin individualis dan menumpulkan kepekaan sosialnya.
Pesatnya
teknologi komunikasi dan informasi menggerus interaksi akademis dan sosial
antar civitas akademika yang selama ini jadi ruang untuk meredam kesalahpahaman
dalam proses pendidikan dan pengajaran. Forum musyawarah yang tergantikan oleh
chatting dan telekonferensi yang seringkali gagal fokus membuat penelitian dan
pengembangan menjadi semakin sulit dilakukan. Segalanya ingin didapatkan secara
instan.
Perihal
poin ketiga Tri Dharma tentang pengabdian kepada masyarakat, internet dan
simulakra membuat kita yakin bahwa yang kita lakukan adalah seolah seperti
sebuah pengabdian. Tapi perlu kita pikirkan kembali apakah itu benar sebuah
pengabdian atau hanya demi sebuah pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individual.
Paling
akhir, semoga kita selalu ditunjukan oleh tuhan bahwa yang benar itu memang
benar dan diberikan kekuatan untuk melakukannya. Juga ditunjukan bahwa yang
salah itu salah dan diberikan kekuatan untuk menjauhinya. Semoga