Diangka
21.
Fabiayyi
alaa 'iraabikumaa tukadzdziban. Terlalu banyak nikmat Tuhan
yang Aku dustakan. Tanpa Aku sadari selama 21 tahun hidup, aku telah begitu
banyak mendustakan nikmat Tuhan yang dengan begitu masif dianugerahkan kepadaku
yang bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Dalam beberapa tulisan yang lalu
ternyata begitu nampak dengan jelas hasrat di diriku. Betapa aku terlalu fokus
pada apa yang ingin aku raih, sehingga melupakan apa yang sudah aku dapatkan.
Diangka
21.
25 Desember selalu terasa spesial karna berdekatan dengan pergantian tahun.
Terasa spesial karena ini selalu bisa jadi momentum untuk menutup tahun ini dan
menatap tahun depan dengan segala hal yang baik. Setidaknya, cukuplah baik
menurutku sendiri. Hasil studi bersama teman-teman di Study Teater 24 dengan materi naskah drama "Mega-Mega" karya Arifin
C. Noer, telah banyak memberikan sesuatu kepadaku di tahun ke 21 ini. "Kita tidak pernah mendapatkan,
tetapi selalu saja merasa kehilangan" begitulah bunyi potongan dialog
dalam naskah tersebut yang Aku secara pribadi memaknainya sebagai suatu bentuk
kesadaran bahwa kita telah luput untuk sekedar bersyukur.
![]() |
Photo Courtesy of Google. |
Diangka
21.
Tanpa mengurangi rasa syukur, sebenarnya ada sebagian yang hilang pada diriku.
Tahun ini Aku merasakan sebuah kehilangan yang tak pernah aku coba bayangkan
sekalipun. Kehilangan yang membuatku tak tau lagi apa yang harus Aku lakukan.
Betapa tidak, setelah hampir 5 tahun bersama, lalu tiba-tiba Aku dipaksa untuk
berhenti. Aku dipaksa melupakan. Yang paling menyakitkan adalah, tak ada alasan
buatku untuk berhenti dan melupakan. Satu Do'aku yang selalu aku panjatkan
adalah agar Kamu yang terkasih senantiasa mendapat bahagia atas apapun yang
telah dan akan Kamu lakukan.
Diangka
21.
Sampai waktunya tiba nanti, mudah-mudahan Aku bisa menjalani hidup dengan
iringan rasa syukur. Tapi bukan berarti tanpa harapan, harapanlah justru yang
secara tidak langsung memaksaku untuk terus bersyukur senantiasa.
Diangka
21.
Fabiayyi alaa 'iraabikumaa tukadzdzibaan.
Aku tidak mau mendustakan nikmat yang luar biasa ini. Nikmat panjang umur,
nikmat sehat, nikmat berpikir, nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat lainnya yang
mungkin miliaran jumlahnya.
Diangka
21.
Dengan menyebut nama Allah, Tuhan segala maha, Aku siap menjalani sisa waktu
dengan sebaik-baiknya sebagai perjawantahan rasa syukur.
Diangka
21.
Paling akhir, semoga segala yang Aku semogakan dan yang semua orang sekitarku
semogakan untukku sesuai dengan rencana yang digariskan sang pencipta alam
semesta. Semoga..