Jumat, 23 Desember 2016

Diangka 21.

Diangka 21.

Fabiayyi alaa 'iraabikumaa tukadzdziban. Terlalu banyak nikmat Tuhan yang Aku dustakan. Tanpa Aku sadari selama 21 tahun hidup, aku telah begitu banyak mendustakan nikmat Tuhan yang dengan begitu masif dianugerahkan kepadaku yang bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Dalam beberapa tulisan yang lalu ternyata begitu nampak dengan jelas hasrat di diriku. Betapa aku terlalu fokus pada apa yang ingin aku raih, sehingga melupakan apa yang sudah aku dapatkan.

Diangka 21. 25 Desember selalu terasa spesial karna berdekatan dengan pergantian tahun. Terasa spesial karena ini selalu bisa jadi momentum untuk menutup tahun ini dan menatap tahun depan dengan segala hal yang baik. Setidaknya, cukuplah baik menurutku sendiri. Hasil studi bersama teman-teman di Study Teater 24 dengan materi naskah drama "Mega-Mega" karya Arifin C. Noer, telah banyak memberikan sesuatu kepadaku di tahun ke 21 ini. "Kita tidak pernah mendapatkan, tetapi selalu saja merasa kehilangan" begitulah bunyi potongan dialog dalam naskah tersebut yang Aku secara pribadi memaknainya sebagai suatu bentuk kesadaran bahwa kita telah luput untuk sekedar bersyukur.

Photo Courtesy of Google.
Diangka 21. Tanpa mengurangi rasa syukur, sebenarnya ada sebagian yang hilang pada diriku. Tahun ini Aku merasakan sebuah kehilangan yang tak pernah aku coba bayangkan sekalipun. Kehilangan yang membuatku tak tau lagi apa yang harus Aku lakukan. Betapa tidak, setelah hampir 5 tahun bersama, lalu tiba-tiba Aku dipaksa untuk berhenti. Aku dipaksa melupakan. Yang paling menyakitkan adalah, tak ada alasan buatku untuk berhenti dan melupakan. Satu Do'aku yang selalu aku panjatkan adalah agar Kamu yang terkasih senantiasa mendapat bahagia atas apapun yang telah dan akan Kamu lakukan.

Diangka 21. Sampai waktunya tiba nanti, mudah-mudahan Aku bisa menjalani hidup dengan iringan rasa syukur. Tapi bukan berarti tanpa harapan, harapanlah justru yang secara tidak langsung memaksaku untuk terus bersyukur senantiasa.

Diangka 21. Fabiayyi alaa 'iraabikumaa tukadzdzibaan. Aku tidak mau mendustakan nikmat yang luar biasa ini. Nikmat panjang umur, nikmat sehat, nikmat berpikir, nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat lainnya yang mungkin miliaran jumlahnya.

Diangka 21. Dengan menyebut nama Allah, Tuhan segala maha, Aku siap menjalani sisa waktu dengan sebaik-baiknya sebagai perjawantahan rasa syukur.


Diangka 21. Paling akhir, semoga segala yang Aku semogakan dan yang semua orang sekitarku semogakan untukku sesuai dengan rencana yang digariskan sang pencipta alam semesta. Semoga..